It is the Technology, Stupid...!

MAAF pembaca, judul ini mungkin terlihat agak kasar untuk sebagian dari Anda. Tapi, kita memang sering tidak sadar bahwa horisontalisasi yang menyebabkan demokratisasi di segala bidang sebenarnya memang disebabkan oleh perkembangan teknologi. Mas Ninok Leksono dari Kompas mengingatkan saya sekali lagi tentang hal ini seusai acara ”Kompas Political Gathering” di Bentara Budaya Jakarta, Rabu malam kemarin. Acara ini merupakan acara khusus yang diselenggarakan oleh Kompas untuk menjalin silaturahmi dengan para pemimpin partai politik peserta Pemilu 2009.

Pak Jakob Oetama yang membuka acara tersebut menekankan bahwa dari satu pemilu ke pemilu berikutnya, demokratisasi Indonesia bertambah matang. Survey menunjukkan bahwa sebagian besar warga negara menyatakan puas atas pelaksanaan demokrasi di negeri ini. Setelah Pak Jacob, giliran Pak Daniel Dhakidae yang bicara. Pak Daniel yang merupakan pakar politik dan juga mantan Kepala Litbang Kompas mengatakan bahwa Pemilu 2009 ini merupakan momen terakhir untuk para pemimpin ”stok lama”. Sementara saya sendiri, yang diminta bicara tentang Political Marketing, dengan tegas berpendapat bahwa semua ini gara-gara teknologi Web 2.0 yang bersifat horisontal. Pendapat saya ini nyambung dengan pematangan demokrasinya Pak Jacob yang esensinya memang ada di horisontalisasi. Hal ini juga nyambung dengan ”peringatan” Pak Daniel bahwa pemimpin lama yang masih bersifat vertikal akan tidak punya tempat lagi. Mau bukti bagaimana hebatnya teknologi ini? Anda tentu tahu situs jejaring sosial Facebook, bukan? Walaupun terhitung ”anak bawang” dalam dunia Internet, situs ini sekarang termasuk salah satu situs paling populer di Internet. Per tanggal 26 Agustus kemarin, tercatat sudah ada 100 juta anggota situs ini! Ini berarti bahwa jumlah ”penduduk” Facebook jika dibandingkan dengan populasi penduduk negara-negara ”beneran” di dunia, ia akan berada di peringkat ke-12; persis di bawah Meksiko, dan di atas Filipina. ”Penduduk” Facebook juga puluhan kali lipat dari populasi Singapura yang hanya berjumlah 4,5 juta orang. Luar biasa, bukan?! Di berbagai penjuru dunia, orang memang keranjingan Facebook. Bukan hanya anggota baru yang terus bergabung, anggota lama di Facebook pun terus aktif mencari kawan. Saya sendiri contohnya. Dalam waktu dua bulan saja, saya sekarang sudah punya kawan sebanyak hampir 2000 orang. Tiap hari saya menerima permintaan dari sepuluh sampai dua puluh orang yang hampir semuanya malah tidak saya kenal. Lantas, mengapa Facebook bisa jadi sangat populer? Ini terjadi karena Facebook sangat user-friendly. Orang yang sebelumnya awam Internet pun akan bisa dengan mudah bergabung menjadi anggota. Setelah itu, ia juga akan bisa dengan mudah mencari kawan atau bergabung dengan suatu komunitas di Facebook tersebut. Di Facebook, tiap anggota memang bisa dengan mudah membentuk komunitasnya sendiri tanpa melihat status yang bersangkutan. Tidak peduli orang itu pekerjaannya apa, berasal dari negara mana atau agamanya apa misalnya. Semua orang diperlakukan sama rata, yang penting ia memiliki minat yang sama dalam komunitas tersebut. Inilah bentuk nyata dari kehebatan Web 2.0. Saat era Web 1.0, Internet masih bersifat satu arah, statis, dan eksklusif. Situs-situs yang ada di era ini masih bersifat informasi semata dan tidak interaktif. Selain itu, pengembangan situs seakan menjadi milik para jago programming komputer semata, sehingga sebagian besar orang hanya berperan sebagai pengguna pasif. Namun, teknologi Web 2.0 mengubah segalanya. Internet menjadi bersifat interaktif dan dinamis. Orang jadi bisa lebih mudah mengekspresikan dirinya, melakukan networking, membentuk komunitas, berkolaborasi, berpartisipasi dalam sebuah kegiatan, dan banyak lagi. Teknologi yang ada memungkinkan setiap orang jadi punya kesempatan yang sama, bukan hanya milik sekelompok orang tertentu. Sekali lagi, saya ambil contoh diri saya sendiri. Saya ini sebenarnya termasuk orang yang agak gaptek. Jangankan Internet, menggunakan komputer saja pun saya sangat jarang jika tidak mau dibilang hampir tidak pernah. Namun, belakangan, seperti juga sudah saya ceritakan di atas, saya malah keranjingan Facebook. Awalnya saya memang bergabung karena didaftarkan oleh staf saya di MarkPlus, Inc. Namun, lama-kelamaan saya kok merasa asyik sendiri, apalagi setelah saya mulai terbiasa menggunakan BlackBerry yang saya bawa kemana-mana. Ini menunjukkan bahwa Web 2.0 membuat proses horisontalisasi semakin cepat. Internet bukan hanya milik generasi muda, orang-orang yang sudah cukup berumur seperti saya pun sekarang jadi aktif di Internet. Jadi, disadari atau tidak, teknologi telah dan akan terus menjadi penggerak perubahan revolusioner pada seluruh aspek kehidupan. Karena itu, kalau Anda mau survive dan jadi Marketer yang sukses di era New Wave Marketing, jangan pernah sekali-kali mengabaikan teknologi! ---Ringkasan tulisan ini bisa dibaca di Harian Kompas--- Hermawan Kartajaya

Tidak ada komentar: