Seorang Ayah sebelum meninggal dunia berpesan kepada ke-2 anaknya

Email ini aku dapatkan dari teman dan saudara, isinya cukup membangun semangat dan pemikiran positif dalam menjalankan kehidupan.

Seorang Ayah sebelum meninggal dunia berpesan kepada ke-2 anaknya
(Si Sulung & Si Bungsu)

Isi pesannya sbb :

Jangan menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadamu dan

Jika mereka pergi dari rumah ke toko jangan sampai mukamu terkena sinar matahari.




—————————


Waktu terus berjalan dan hidup terus bergulir….

Beberapa tahun setelah ayahnya meninggal, anak yang sulung bertambah kaya

sedang yang bungsu menjadi semakin miskin.



Ibu mereka yang masih hidup menjadi sedih dan menginginkan

penjelasan karena kuatirnya si sulung sudah berlaku tidak adil kepada adiknya.

Maka sang ibu pun menanyakan hal itu kepada mereka:



Jawab anak yang bungsu :

Aku menjadi miskin karena saya mengikuti pesan ayah.

Ayah berpesan bahwa saya tidak boleh menagih hutang kepada orang

yang berhutang kepadaku, dan sebagai akibatnya modalku susut

karena orang yang berhutang kepadaku tidak membayar

sementara aku tidak boleh menagih.

Juga ayah berpesan supaya kalau saya pergi atau pulang dari

rumah ke toko dan sebaliknya tidak boleh terkena sinar matahari.

Akibatnya saya harus naik becak atau andong.

Sebetulnya dengan jalan kaki saja cukup, tetapi karena pesan

ayah demikian maka akibatnya pengeluaranku bertambah banyak.



Jawab anak yang sulung :

Ini semua adalah karena saya taat dan berpegang teguh pada pesan ayah.

Karena ayah berpesan supaya saya tidak menagih

kepada orang yang berhutang kepada saya, maka saya tidak

menghutangkan barang atau uang sehingga dengan demikian

modal tidak susut. Juga ayah berpesan agar supaya jika saya

berangkat ke toko atau pulang dari toko tidak boleh terkena

sinar matahari, maka saya berangkat ke toko sebelum matahari

terbit dan pulang sesudah matahari terbenam.



Akibatnya toko saya buka sebelum toko lain buka, dan tutup

jauh sesudah toko yang lain tutup. Sehingga karena kebiasaan itu, orang menjadi tahu

dan tokoku menjadi laris, karena mempunyai jam kerja lebih lama.





Bagaimana dengan anda ?



Kisah diatas menunjukkan bagaimana sebuah kalimat di tanggapi dengan persepsi yang berbeda.

Jika kita melihat dengan positif attitude maka segala

kesulitan sebenarnya adalah sebuah perjalanan yang akan

membuat kita menjadi berharga bagi orang lain,

tetapi kita bisa juga terhanyut dengan adanya kesulitan karena sempitnya

kita berpikir dan merespond sesuatu……



pilihan ada di tangan kita.

Read More......

HUBUNGAN SISTEM KOMPENSASI KARYAWAN DENGAN EFEKTIVITAS PENGENDALIAN MANAJEMEN PERUSAHAAN

Penulis : Johana Halim, SE, dibuat sebagai PAPER SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Seperti yang sudah diketahui bahwa pada umumnya tenaga kerja selalu berusaha dengan keras dalam melaksanakan aktivitas kerjanya. Tetapi usaha kerasnya tersebut akan diperoleh balas jasa yang memuaskan kepada tenaga kerja tersebut. Namun jika balas jasa yang diberikan tidak memuaskan maka para tenaga kerja tidak akan berusaha dengan keras dalam melaksanakan aktivitasnya.


Di setiap perusahaan, baik pada skala kecil, menengah dan besar imbalan balas jasa kepada karyawan selalu merupakan hal fundamental bagi karyawan perusahaan bersangkutan. Dan di jaman serba modern ini ilmu pengetahuan, teknologi, organisasi, transportasi terus berkembang ditambah lagi dengan pemikiran kritis terhadap keadilan sosial dalam hubungan antarmanusia maka isu kompensasi makin menjadi kompleks. Karena itu dalam pengendalian manajemen, harus diterapkan sistem imbalan yang fair atau sesuai untuk karyawan atas kerja kerasnya.

Dalam praktik, banyak sistem kompensasi yang tidak dihubungkan dengan prilaku manusia agar mengarah pada tujuan organisasi atau memberikan balas jasa yang bertentangan dengan pelilaku untuk pencapaian tujuan. Manajemen dan dewan komisaris harus merancang rancana kompensasi insentif bagi para tenaga kerja sehingga dapat menghindari kesalahan dalam pemberian insentif dan bonus.

Manajemen organisasi biasanya menghadapi masalah dalam memotivasi manusia yang bekerja dalam organisasi agar mereka mengarah pada pencapaian tujuan stakeholders atau keuntungan maksimal. Manajemen organisasi mau mencapai tujuan stakeholders, jika tujuan pribadinya juga tercapai. Salah satu tujuan manusia bekerja dalam organisasi adalah untuk memperoleh kompensasi atau balas jasa. Balas jasa adalah gaji dan tunjangan yang diberikan pada para karyawan, yaitu mencakup gaji pokok dan tunjangan langsung maupun tidak langsung misalnya bonus, bagian laba, pensiun, asuransi jiwa, kendaraan, perumahan, pengobatan, makanan-minuman. Balas jasa merupakan intensif untuk mencapai tujuan pribadi para karyawan. Jika dihubungkan masalah kompensasi ini dengan sistem pengendalian manajemen, kompensasi memberikan pengaruh besar dalam menjalankan suatu usaha atau organisasi. Karena setiap individu berpacu melaksanakan prestasi yang terbaik untuk organisasi demi mendapat pembalasan jasa yang setimpal. Oleh karena itu pengendalian manajemen secara berkesinambungan berhubungan dengan masalah kompensasi. Termasuk makin tinggi tingkat tanggung jawab, tugas dan pengawasan maka makin tinggi pula tingkat kompensasi yang didapat. Setiap individu termotivasi jika menerima laporan umpan balik mengenai kinerja, sehingga tujuan perusahaan atau organisasi tercapai dan mencapai keselarasan tujuan.



PERUMUSAN MASALAH

Berdasasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : HUBUNGAN SISTEM KOMPENSASI KARYAWAN DENGAN EFEKTIVITAS PENGENDALIAN MANAJEMEN PERUSAHAAN



KAJIAN TEORI

Kompensasi bagi manajemen terdiri dari gaji, bonus, dan fasilitas yang diberikan kepada manajemen sebagai imbalan terhadap waktu, tenaga, dan fikiran yang dicurahkannya kepada perusahaan. kompensasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu kompensasi resmi (kompensasi yang diberikan perusahaan) dan kompensasi tidak resmi (kompensasi yang diterima dari rekan kerja, misalnya pengakuan tentang prestasinya). Kompensasi yang diatur dapat diatur secara taktis dapat membantu timbulnya keselarasan tujuan antara manajemen dengan pemilik. Selain itu kompensasi yang menarik juga berperan dalam usaha merekrut tenaga yang berprestasi, karena tenaga yang berprestasi menginginkan kompensasi yang tinggi. Peranan kompensasi yang lain adalah untuk mempertahankan tenaga yang berprestasi.

Disamping gaji, manajemen diberi bonus karena beberapa alasan, pertama, bonus dapat meningkatkan kinerja manajemen. Kedua, bonus merupakan sarana untuk menjaga agar manajer yang baik tidak pindah ke perusahaan lain. Terakhir adalah manajemen dapat mengatur dan menentukan kompensasinya sendiri.

Fasilitas bagi manajemen dapat berupa rumah, mobil, kantor, makan siang, hotel, pesawat terbang, dll. Fasilitas tersebut membuat hidup manajemen menjadi lebih nyaman dan kadang-kadang menajemen tidak harus membayar pajak penghasilan. Dilihat dari segi pajak, fasilitas mobil tersebut dipakai dalam menjalankan kegiatan perusahaan. sudah tentu, undang-undang pajak tidak akan mengetahui bila mobil tersebut di gunakan untuk keperluan pribadi begitu juga dengan fasilitas lainnya dengan catatan perusahaan tidak keberatan dengan hal tersebut.

Dasar penetapan kompensasi. Hal yang melandasi dasar penetapan kompensasi bagi karyawan adalah isu-isu sebagai berikut : (Edy Sukarno, 2002:246)

Jumlah kompensasi yang diperlukan untuk memelihara dan memperbaiki standar hidup pekerja
Tingkat kompensasi karyawan perusahaan dibandingkan kompensasi karyawan lain dengan derajat dan ketrampilan sama
Kapasitas perusahaan dalam memberikan kompensasi







Kompensasi Relatif

Dalam pengendalian manajemen harus di hayati bahwa, jika mobilitas karyawan bebas sepenuhnya, maka pembayaran upah relatif yang proposional dipicu oleh persaingan untuk mendapatkan pekerjaan. Bila karyawan tidak terdidik disuatu perusahaan menerima, katakanlah Rp.10.000,- perhari dan karyawan di perusahaan lain di wilayah industri yang sama memperoleh Rp.8.000,- perhari untuk pekerjaan dan kondisi pekerjaan serupa, maka pekerja dengan kompensasi yang lebih rendah akan pindah ke perusahaan yang memberikan kompensasi lebih tinggi, atau menuntut kenaikan kompensasi.



Katak Loncat (Leap Frogging)

Dalam kondisi pertumbuhan ekonomi yang tinggi, terjadi peluang kerja penuh, jika serikat pekerjanya kuat, upaya persamaan kompensasi dapat menciptakan proses yang dinamakan katak loncat. Implikasi katak loncat yakni kompensasi naik terus dan bisa jadi lajunya cukup tinggi. Andaikata kenaikan kompensasi ditutup oleh peningkatan produktivitas, laba, dan efesiensi biaya, maka tidak ada masalah bagi perusahaan. Namun, jika sebaliknya tidak tertutup, maka bisa berdampak kurang kondusif bagi perusahaan. Situasi ini akan memicu hubungan kompensasi “spiral harga” dan harga saling berkompetisi ke tingkat yang lebih tinggi.



Kompensasi insentif

Sistem tingkat upah potong sederhana dapat digunakan pada karyawan perorangan maupun yang bekerja sama dalam suatu pekerjaan. Kompensasi yang dibayarkan kepada pekerja merupakan rasio langsung dengan pekerjaan yang dilakukan.





Tingkat upah – potong differensial

Sistem ini terdiri dari dua tingkat upah potong. Yakni tingkat yang lebih tinggi dibayarkan kepada pekerja yang mencapai standar output tertentu, dan tingkat upah yang lebih rendah dibayarkan kepada pekerja yang tidak dapat mencapai standar tertentu. Misal standar keluaran 48 unit perhari dengan upah Rp150,- per unit dan tingkat Rp120,- per unit bagi yang tidak bisa mencapainya. Pekerja yang mampu membuat 48 unit akan menerima Rp.7.200,- sedang yang gagal menghasilkan, katakanlah hanya 34 unit akan menerima Rp.4.080,- konsisi demikian pasti akan memotivasi pekerja untuk menghindari upah yang lebih rendah.



Insentif dapat digolongkan menjadi dua yaitu :

Insentif positif, secara umum disebut balas jasa, yaitu hasil-hasil yang mengakibatkan pengingakatan kepuasan pemenuhan kebutuhan individu karyawan
Insentif negatif, atau disebut hukuman yaitu hasil-hasil yang mengakibatkan penurunan kepuasan pemenuhan kebutuhan individu karyawan.



Bentuk insentif ada dua yaitu :

Insentif keuangan
Insentif non keuangan



Cara pemberian insentif ada dua yaitu (Ru Supriyono, 2000:162) :

Insentif formal, yaitu insentif yang ditentukan berdasarkan tujuan, wewenang, tanggung jawab, standar, metode, dan frekuensi pengukuran kinerja tertentu secara formal
Insentif informal, adalah pengakuan kinerja oleh kelompoknya.



Kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan insentif formal adalah sebagai berikut:

ukuran-ukuran kinerja harus selaras dengan tujuan – tujuan stakeholders organisasi
para manajer harus dievaluasi kinerjanya berdasar variabel-variabel yang secara signifikan dapat dikendalikannya
ukuran-ukuran kinerja harus obyektif
ukuran – ukuran atau standar kinerja harus menantang namun memungkinkan untuk dicapai
insentif sebaiknya bersaing dengan yang ditawarkan oleh organisasi yang sebanding
sistem insentif hendaknya sederhana dan mudah diadministrasikan.



Sistem kompensasi memerlukan alat pengukur kinerja, alat pengukur kinerja yang baik mempunyai sifat (Ru Supriyono, 2000:163) :

keadilan
kesederhanaan
keterterimaan
ketercapaian
keefisienan, keefektifan dan keekonomisan



Alat –alat pengukur kinerja tersebut ditentukan oleh tujuan yang akan dicapai sehingga pengukur kinerja bisnis dapat disusun ke dalam empat perspektif, yaitu (Ru Supriyono, 2000:164) :



Perspektif keuangan

Tujuan


Ukuran kinerja

Bertahan hidup

Kesuksesan

Kemakmuran


Arus kas

Pertumbuhan penjualan dan laba per divisi

Peningkatan pangsa pasar dan kembalian modal

Perspektif konsumen

Produk baru



Pasokan yang responsif

Pemasok utama



Kemitraan dengan konsumen


Persentase penjualan produk baru

Persentase penjualan produk yang dimiliki

Penyerahan yang tepat waktu sesuai keinginan konsumen

Pangsa penjualan pada konsumen penting

Urutan penjualan pada para konsumen

Jumlah kerja sama dalam usaha perekayasaan produk

Perspektif bisnis internal

Kapabilitas teknologi



Keunggulan pemanufakturan

Produktivitas desain



Pengenalan produk baru


Tingkat teknologi pemanufakturan maju yang digunakan perusahaan dibandingkan para pesaingnya

Mutu, produk, biaya perunit, waktu daur, hasil

Efisiensi perekayasaan, efisiensi overhead, eliminasi aktivitas tidak bernilai tambah

Jadwal pengenalan sesungguhnya dibandingkan yang direncanakan.

Perspektif inovasi

Kepemimpinan teknologi



Daur pemanufakturan

Fokus produk



Waktu ke pasar


Waktu untuk mengembangkan teknologi generasi maju berikutnya

Waktu pengenalan, proses, sampai kematangan

Persentase penjualan produk tertentu yang relatif besar dibandingkan total penjualan semua produk

Waktu untuk pengenalan produk baru ke pasar di bandingkan para pesaingnya



Bonus Premi dan Bonus Tugas

Sistem insentif untuk mencegah pekerja bekerja dengan akselerasi berlebihan, dinamakan bonus premium dan tugas. Sistem ini menurunkan insentif sesudah keluaran melebihi denominator tertentu, sistem bonus mempunyai tiga karakteristik berikut:

Waktu standar ditentukan atas dasar produksi setara harian. Dibeberapa sistem, tugas tersebut relatif mudah dan bisa dikerjakan oleh sebahagian besar karyawan, sedang pada sistem lainnya tugas itu lebih berat dan hanya bisa dicapai oleh beberapa pekerja/karyawan
Bonus dibayarkan pada pekerja yang menyelesaikan tugas berdasar patokan waktu atau lebih singkat dari patokan tersebut. Selain bonus, pekerja juga menerima upah untuk waktu yang digunakan selama menyelesaikan tugas. Bonus dapat berwujud sejumlah uang, atau persentase dari tarif upah per jam dikalikan waktu yang dihemat, yakni selisih antara waktu yang dimanfaatkan aktual dan patokan waktu yang ditetapkan
Pekerja yang tidak dapat menyelesaikan tugas dalam waktu standar, dibayar dengan upah perjam. Karena itu pekerja tidak pinalti sebagai akibat tidak dapat mencapai standar. Nilai dan kegunaan dari sistem bonus tergantung pada kewajaran patokan dan upah yang dapat dicapai oleh pekerja dengan kemampuan setara tanpa harus bekerja terlalu cepat dan melelahkan.





Karakteristik rencana kompensasi insentif

Paket kompensasi total seorang manajer berisi tiga komponen sebagai berikut : (Robert N Anthony, 2003:136)

gaji
tunjangan
kompensasi insentif



kompensasi para manajer dalam perusahaan besar cenderung lebih tinggi daripada kompensasi dalam perusahaan – perusahaan kecil dan kompensasi dalam suatu perusahaan cenderung bersaing dengan perusahaan lain yang berada dalam industri yang sama, namun sulit menyamaratakan kompensasi manajemen secara umum.

Ketiga komponen kompensasi tersebut sifatnya saling tergantung, namun kompensasi insentif banyak berhubungan dengan fungsi (proses) pengendalian manajemen. Studi yang dilakukan terhadap pembayaran dan bonus yang diterima oleh 14.000 manajer di USA periode 1981 sampai 1985 sebanyak 70.284 observasi dari 219 organisasi menunjukkan bahwa, rata-rata besarnya bonus adalah 20% dari gaji pokok. Namun terdapat perbedaan yang besar antara perusahaan yang satu dengan lainnya, meskipun masih dalam satu industri. Perbedaan proporsi pembayaran bonus lebih besar daripada perbedaan proporsi gaji pokok. Ada tendensi bahwa perusahaan yang mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik memberikan bonus dalam rasio yang lebih besar.

Menurut Robert N Anthony didalam buku sistem pengendalian manajemen terjemahan FX Kurniawan T bahwa rencana kompensasi insentif dapat dibagi menjadi dua yaitu:

Rencana insentif jangka pendek adalah rencana insentif yang didasarkan atas pencapaian kinerja dalam tahun tertentu
Rencana insentif jangka panjang adalah rencana insentif yang berdasarkan atas pencapaian kinerja jangka panjang. Biasanya berhubungan dengan harga saham biasa perusahaan.



Rencana insentif jangka pendek

Sistem ini mencakup :

Kelompok bonus secara total adalah sistem bonus yang ditentukan oleh para pemegang saham berdasar rumus tertentu untuk menentukan jumlah bonus yang dibayarkan dalam tahun tertentu. Rumus tersebut biasanya dihubungkan dengan :
Profitabilitas perusahaan secara menyeluruh untuk tahun tertentu atau jangka waktu yang lebih pendek daripada satu tahun
Besarnya kompensasi untuk para eksekutif yang dibayarkan oleh para pesaing perusahaan, sistem ini terdiri dari beberapa metode untuk menentukan besarnya bonus :

(1) bonus berdasarkan persentase tertentu dari laba

(2) bonus berdasarkan persentase tertentu dari laba setelah dikurangi return atas modal

(3) bonus berdasarkan persentase tertentu dari kenaikan laba tahun tertentu dibandingkan laba tahun sebelumnya

(4) bonus ditentukan dari perbandingan relatif profitabilitas perusahaan dengan industrinya

Carryovers

Sistem carryovers adalah sistem bonus yang memungkinkan komite bonus yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk memindahkan sebagian bonus yang sudah ditentukan berdasar rumus tertentu ke tahun-tahun lainnya yang bonusnya lebih rendah dengan tujuan besarnya bonus setiap tahun relatif merata.

Keunggulan carryovers

lebih fleksibel
dapat mengurangi jarak perbedaan pembayaran bonus setiap tahun
Penangguhan pembayaran

Atau deferred payment adalah cara penentuan bonus dihitung setiap tahun namun pembayarannya pada para penerima disebarkan ke beberapa tahun.

Kelemahannya itu :

Bonus yang diterima tidak sesuai dengan kinerja tahun yang bersangkutan sehingga berdampak kecil pada motivasi
Jika seorang manajer keluar dari perusahaan tersebut, mungkin tidak diberi pembayaran bonus yang ditunda.



Rencana insentif jangka panjang

Digunakan untuk mencapai kinerja profitabilitas jangka panjang. Rencana insentif jangka panjang menunjukkan pertumbuhan nilai saham biasa. Insentif jangka panjang dapat didasarkan atas beberapa metode, pemilihan metode yang dipakai dipengaruhi oleh:

peraturan pajak penghasilan
perubahan perlakuan akuntansi
peraturan pasar modal
peraturan perseroan terbatas

Metode rencana insentif jangka panjang antara lain :

hak beli saham

Adalah hak yang diberikan kepada para manajer untuk membeli sejumlah saham pada atau setelah tanggal tertentu dimasa yang akan datang dengan harga yang disetujui pada saat hak tersebut diberikan. Biasanya harga ditentukan berdasarkan persentase tertentu dari harga pasar saham.

saham phantom

adalah saham sejumlah tertentu yang dibukukan oleh perusahaan untuk memberikan penghargaan (award) pada para manajer, dan saham tersebut hanya dibukukan saja tidak langsung diberikan kepada para manajer. Pada akhir jangka tertentu penghargaan ini dapat dibagikan pada para manajer dalam bentuk

kas
saham
kas dan saham
hak apresiasi saham

adalah salah satu bentuk penghargaan diberikan kepada para manajer berupa hak untuk menerima pembayaran kas berdasar kenaikan nilai saham dari saat pemberian penghargaan sampai dengan tanggal tertentu di masa yang akan datang. Insentif berdasarkan metode saham phantom dan hak apresiasi saham mempunyai persamaan sebagai berikut :

bonus yang diberikan dapat berbentuk kas
besarnya bonus dihitung dari selisih harga saham perusahaan
lebih menguntungkan para manajer penerima bonus karena tidak berisiko, bila dibandingkan dengan metode hak beli saham yang mempunyai risiko tinggi.
saham kinerja

Adalah sejumlah saham tertentu yang diberikan kepada para manajer sebagai penghargaan karena mereka dapat mencapai tujuan jangka panjang tertentu. Biasanya dinyatakan dalam persentase pertumbuhan laba per lembar saham selama jangka panjang tertentu. Dari semua metode, metode ini paling menguntungkan para manajer karena :

Faktor yang mempengaruhi bonus saham kinerja lebih dapat dikendalikan oleh para manajer daripada dalam metode-metode lainnya tersebut
Penghargaan berupa saham kinerja tidak tergantung pada kenaikan harga saham, meskipun kenaikan laba per saham dapat pula mempengaruhi kenaikan harga saham

Namun metode ini mempunyai kelemahan karena :

(a) bonus didasarkan pada pengukuran kinerja berdasar akuntansi sehingga kelemahan akuntansi sebagai alat pengukur kinerja melekat pada metode ini

(b) dalam kondisi-kondisi tertentu misalnya inflasi, keberhasilan para manajer dalam meningkatkan laba per lembar saham mungkin tidak memberikan sumbangan pada nilai ekonomi perusahaan.

unit-unit kinerja

adalah rencana pemberian bonus pada para manajer berupa pembayaran bonus kas atas pencapaian target-target jangka panjang tertentu. Metode ini merupakan kombinasi aspek-aspek metode hak apresiasi saham dan saham kinerja, metode ini bermanfaat bagi perusahaan yang sahamnya tidak dijual atau hanya sedikit yang dijual ke publik.



Teori agensi

Adalah teori yang berusaha untuk menjelaskan faktor-faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam pendesainan kontrak-kontrak insentif untuk memotivasi para individu mencapai keselarasan tujuan. (RA Supriyono, 2000:184)

Teori agensi meliputi :

konsep teori agensi

Hubungan agensi adalah hubungan yang timbul antara satu pihak, disebut prinsipal, yang menyewa pihak lain, disebut agen, untuk melaksanakan sejumlah jasa, dan oleh karena itu, prinsipal juga mendelegasikan wewenang pembuatan keputusan pada agen. Salah satu elemen penting teori agensi adalah perbedaan preferensi atau tujuan antara prinsipal dan agen. Perbedaan preferensi dapat dikurangi melalui kontrak-kontrak insentif.

perbedaan tujuan prinsipal dan agen

teori agensi mengangap bahwa semua tindakan individu di dasarkan atas kepentingannya sendiri, oleh karena itu, timbul perbedaan antara tujuan prinsipal dan agen yaitu :

(1) agen dianggap menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan, namun juga dari kepuasan lain yang diperolehnya dari hubungan agensi. Dilain pihak, prinsipal dianggap hanya tertarik pada kembalian (return) keuangan yang tumbuh dari investasinya dalam perusahaan. kepuasan lain yang diinginkan agen dapat berbentuk

(a) waktu senggang

(b) kondisi kerja yang lebih baik

(c) menjadi anggota klub organisasi yang ekslusif

(d) fleksibilitas jam kerja

Bagi prinsipal, waktu senggang agen dianggap :

(e) berlawanan dengan usaha untuk meingkatkan nilai perusahaan; waktu senggang tidak menambah nilai

(f) preferensi agen terhadap waktu senggang terhadap usaha merupakan keengganan kerja (work adversion)

(g) agen yang tidak memberi usaha berarti pengelakan (shirking) tanggung jawab

(2) prinsipal

prinsipal dan agen mempunyai perbedaan dalam preferensi risiko. Prinsipal netral resiko, agen segan resiko. Prinsipal perusahaan biasanya terdiri dari banyak pemilik, mereka dapat mengurangi risikonya dengan mendiversifikasikan kekayaannya dan menjadi pemilik saham pada berbagai perusahaan. oleh karena itu, para pemilik tertarik pada nilai yang diharapkan atas investasinya sehingga relatif netral resiko. Dilain pihak, kekayaan utama agen biasanya tertumpu pada kemampuan pribadi yang dimilikinya. Agen sulit mendiversifikasikan kekayaan atau kemampuannya sehingga mereka segan risiko (risk averse)

tindakan agen yang tidak dapat diobservasi

konflik mengenai penghasilan lain-lain dapat dengan mudah diselesaikan jika prinsipal dapat memantau tindakan-tidakan agen. Perbedaan preferensi prinsipal dengan agen mengenai kompensasi dan penghasilan lain untuk agen dapat timbul jika prinsipal tidak dapat memantau dengan mudah tindakan-tindakan agen.

Asimetri informasi adalah situasi yang terbentuk karena prinsipal tidak memiliki informasi yang cukup mengenai kinerja agen sehingga prinsipal tidak pernah dapat menentukan kontribusi usaha-usaha agen terhadap hasil-hasil perusahaan yang sesungguhnya. Asimetri dapat timbul dalam beberapa bentuk :

(1) tanpa pemantauan, hanya agen yang mengetahui apakah ia bekerja dengan baik demi kepentingan prinsipal

(2) agen mungkin mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan daripada prinsipalnya

(3) agen dalam melaksanakan tugasnya mungkin diarahkan oleh informasi pribadi.

Risiko moral (moral hazard) adalah kesengajaan agen untuk menyajikan informasi yang salah pada prinsipal. Risiko moral menimbulkan situasi yang mengakibatkan agen dikendalikan oleh motivasi untuk membuat kesalahan dalam menyajikan informasi pribadinya melalui sifat sistem pengendalian.

mekanisme pengendalian

Teori agensi menyatakan bahwa untuk menyelesaikan perbedaan tujuan dan asimetri informasi dapat digunakan dua cara pokok yaitu :

Pemantauan

Mekanisme pertama adalah pemantauan, prinsipal dapat mendesain sistem pengendalian yang dapat memantau tindakan-tindakan agen. Prinsipal mendesain sistem tersebut untuk membatasi tindakan-tindakan agen dalam meningkatkan kesejahterahannya dengan biaya yang harus ditanggung prinsipal. Sebagai contoh, sistem pemantauan yang dapat dilakukan prinsipal adalah meminta bantuan auditor

(1) prinsipal dapat menyewa akuntan publik guna melaksanakan pengauditan terhadap kewajaran laporan keuangan yang disajikan agen

(2) prinsipal dapat membentuk internal auditor untuk melaksanakan audit keuangan, kepatuhan dan kinerja agen. Audit kinerja bertujuan untuk menilai efisiensi, efektivitas, dan ekonomi agen dalam melaksanakan audit manajemen dan audit terhadap program perusahaan

(3) prinsipal dapat membentuk pengaudit internal yang berada dibawah tanggung jawabnya untuk melaksanakan audit keuangan, kepatuhan dan kinerja para manajer unit bisnis, audit kinerja terhadap para manajer unit bisnis dapat mencakup audit manajemen dan audit terhadap program unit bisnis.

Teori agensi berusaha untuk menjelaskan penyebab timbulnya hubungan agensi. Hubungan agensi berbeda memerlukan tingkat pemantauan yang berbeda. Sebagai contoh, efektivitas pemantauan meningkat jika tugas – tugas yang dilaksanakan oleh agen dapat ditentukan dengan baik dan informasi yang memberikan sinyal dapat digunakan untuk memantau dengan teliti. Namun, jika tugas-tugas tidak dapat ditentukan dengan baik atau tidak mudah dipantau, maka insentif pengontrakan menjadi lebih disarankan sebagai alat pengendalian.

Insentif

Besar kecilnya penghargaan yang diterima agen tergantung pada ukuran kinerjanya, agen dapat memperoleh insentif yang tinggi jika kinerjanya baik, dengan demikian agen berusaha untuk meningkatkan kinerjanya agar insentifnya tinggi dan sekaligus mencapai keselarasan tujuan dengan prinsipal.

Keselarasan tujuan adalah tujuan kinerja yang dapat memotivasi agen untuk bekerja dengan baik berdasar kemampuannya demi tercapainya tujuan prinsipal. Kontrak insentif memotivasi untuk bekerja demi kepentingan prinsipal.

Tidak ada pengaturan insentif yang dapat menjamin keselarasan tujuan dengan sempurna, hal ini disebabkan karena :

(1) perbedaan preferensi risiko antara prinsipal dan agen

(2) asimetri informasi

(3) biaya pemantauan

Meskipun sistem intensif yang efisien dapat mengurangi perbedaan kepentingan, namun masih tersisa perbedaan yang disebut rugi residual (residual loss). Rugi residual adalah perbedaan kepentingan prinsipal dan agen yang tidak dapat ditiadakan dengan menggunakan sistem insentif. Dengan demikian biaya agensi meliputi :

a. biaya kompensasi insentif

b. biaya pemantauan

c. rugi residual

Kompensasi

Biaya agensi mencakup kompensasi insentif. Salah satu kompensasi insentif untuk agen adalah bonus hak membeli saham. Pemberian bonus hak beli saham menimbulkan masalah-masalah sebagai berikut:

(1) Perbedaan preferensi risiko antara prinsipal dan agen

(2) Kurangnya hubungan sebab-akibat secara langsung antara usaha-usaha agen dan perubahan harga saham

Manajer unit bisnis dan insentif berdasar akuntansi

Sulit untuk menentukan kontribusi yang dibuat oleh manajer unit bisnis secara individual dalam meningkatkan harga saham perusahaan. kesulitan tersebut menyebabkan bonus untuk para manajer unit bisnis mungkin didasarkan pada laba bersih unit bisnis. Namun kontrak insentif berdasarkan laba bersih untuk manajer unit bisnis masih mempunyai kelemahan-kelemahan :

(1) masih menimbulkan biaya agensi sebagaimana dalam rencana kepemilikan saham oleh agen

(2) agen mungkin sengaja membesar-besarkan laba melalui manipulasi akuntansi yang sebenarnya tidak menambah nilai perusahaan

(3) meskipun kontrak berdasarkan laba bersih unit bisnis mungkin mengakibatkan biaya agensi yang rendah daripada berdasarkan gaji tetap, namun biaya agensi tidak menjadi nol.



ANALISIS

Sebuah sistem kompensasi dikatakan efektif apabila dalam menghadapi suatu masalah, Keputusan manajemen sama dengan keputusan pemilik perusahaan. dalam hal demikian, kepentingan manajemen dan pemilik adalah sama.

Agar efektif, sistem kompensasi harus dikaitkan dengan variabel-variabel yang menjadi minat pemilik perusahaan, misalnya laba, pangsa pasar, aliran uang masuk, penemuan produk baru, keunggulan disain, dan sebagainya. Agar sistem kompensasi adil bagi manajemen, ada yang berpendapat bahwa variabel – variabel tersebut harus merupakan variabel yang dapat dikendalikan oleh manajemen. Akan tetapi ada juga yang berpendapat bahwa variabel yang tidak dapat dikendalikan oleh manajemenpun dapat dimasukkan ke dalam sistem kompensasi . konsep keadilan akan terusik tetapi manajemen akan menjadi tertarik dengan variabel tersebut. Akan tetapi, jika variabel tersebut jauh di luar jangkauan kemampuan manajemen, mungkin sekali sistem kompensasi akan membuat manajemen putus asa.

Hasil riset terhadap insentif menunjukan bahwa (Ru Supriyono, 2000:163) :

para individu cenderung lebih termotivasi oleh insentif positif daripada insentif negatif sehingga sistem pengendalian manajemen sebaiknya berorientasi pada insentif positif
insentif pribadi sifatnya situasional. Intensif moneter merupakan salah satu alat untuk memuaskan kebutuhan tertentu, namun pada level kepuasan tertentu insentif nonmoneter lebih penting
jika manajemen puncak memandang sistem pengendalian manajemen, maka para manajer pengoperasian juga memandangnya penting. Jika manajemen puncak kurang memperhatikan sistem pengendalian manajemen, para manajer pengoperasian juga kurang memperhatikannya.
para individu sangat termotivasi jika menerima laporan umpan balik mengenai kinerjanya. Tanpa umpan balik, orang mungkin tidak merasakan telah mencapai tujuan atau memerlukan tindakan koreksi untuk mencapai tujuan tersebut.
efektivitas insentif menurun dengan cepat jika jarak waktu antara tindakan dan pemberian insentif terlalu lama. Para level rendah organisasi , frekuensi umpan – balik dan tindakan mungkin dalam hitungan jam: sedangkan untuk manajemen atas mungkin dalam ukuran bulan
motivasi lemah jika seseorang berpendapat bahwa insentif terlalu mudah dicapai. Motivasi kuat jika tujuan memungkinkan dapat dicapai melalui usaha keras dan jika pencapaian tujuan tersebut sangat penting untuk memenuhi kebutuhan pribadinya.
Insentif sangat memotivasi jika para manajer berpartisipasi secara aktif beserta para atasannya dalam menyusun anggaran, standar, atau tujuan. Dengan partisipasi tersebut mungkin manajer berpendapat bahwa anggaran, standar, atau tujuan tersebut adil sehingga menimbulkan komitmennya.



Sistem kompensasi yang efektif mendorong para manajer untuk membuat keputusan-keputusan yang relevan dengan keselarasan tujuan para stakeholders (termasuk juga tujuan para manajer). Tujuan sistem kompensasi adalah keselarasan tujuan, tetapi tidak mungkin mencapai keselarasan tujuan tersebut secara sempurna. Dalam praktik yang dituju bukanlah keselarasan sempurna tetapi keselarasan relatif.



Agar sistem kompensasi efektif, harus memenuhi tujuh kriteria dibawah ini:

Mencukupi (memenuhi ketentuan minimum pemerintah, serikat kerja dna peringkat manajemen)
Adil ( setiap orang diberi kompensasi selaras dengan jumlah usaha yang dicurahkan , kemampuan ,pelatihan, dan sebagainya
Imbang ( jumlah gaji, tunjangan, dan lainnyaimbang)
Efektif dari segi biaya (gaji harus sepadan dengan kemampuan perusahaan )
Memenuhi kebutuhan orang
Memotivasi orang untuk bekerja dengan efektif dan meningkatkan produktivitas
Dapat dimengerti oleh tenaga kerja.





Michael West dalam buku Srikandi Waluyo yang menggambarkan efektivitas tim sebagai berikut :

Refleksivitas Tugas

Tinggi

Tipe D : dengan efisiensi yang kaku

Efektivitas tugas tinggi

Kesehatan mental buruk atau rata – rata

Keberlangsungan pendek


Tipe A : Tim yang berfungsi penuh

Efektivitas tugas tinggi

Kesehatan mental baik

Keberlangsungan lama

Tipe C : Tim yang mengalami disfungsi

Efektivitas tugas rendah

Kesehatan mental buruk

Keberlangsungan sangat rendah


Tipe B : Tim yang menyenangkan

Efektivitas tugas rendah

Kesehatan mental rata-rata

Keberlangsungan pendek

Refleksivitas Tugas

Rendah



Jadi penting bahwa efektivitas tugas berpengaruh terhadap keefektivitas manajemen dalam membuat tim kerja menjadi lebih baik dan berpengaruh pada sifat karakteristik dan kepentingan individu masing-masing.

Dalam buku creative time management oleh Dr Jan Yager menjelaskan bahwa pekerjaan dikatakan efektif jika didukung oleh teknologi untuk menghemat waktu dalam pengerjaan. Jadi penting, tidak hanya mengenai bagaimana uletnya sang pekerja dengan kompensasi yang diharapkan ternyata tidak bisa bekerja maksimal karena keterbatasan atas pengetahuan teknologi. Terbukti dengan teknologi dapat menghemat waktu pekerjaan seperti telepon, fax, komputer dan lainnya.

Dalam buku Ru Supriyono menjelaskan bahwa teori agensi telah diciptakan dalam tahun 1960an namun perkembangan tidak seperti JIT, TQC, DSS dan model – model lainnya, teori agensi tidak banyak mempengaruhi praktik proses pengendalian manajemen. Meskipun teori agensi banyak ditulis sebagai artikel dalam jurnal-jurnal akademis, namun jarang digunakan dalam praktik sebagai payoff (penggunaan teori agensi oleh manajer untuk membuat keputusan kompensasi yang lebih baik), bahkan banyak manajer yang tidak memahami teori agensi.

Para manajer yang tidak mempelajari teori agensi menyatakan berbagai macam pendapatnya mengenai model-model yang digunakan dalam teori agensi sebagai berikut :

Model – model tersebut tidak lebih daripada pernyataan fakta-fakta yang dinyatakan dalam simbol matematis
Elemen – elemen dalam model-model tersebut tidak dapat dikuantifikasi semuanya
Model tersebut terlalu menyerderhanakan hubungan nyata antara atasan dan bawahan
Model-model tersebut hanya terdiri dari beberapa elemen dan mengabaikan faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan tersebut.



Contoh penanganan Sumber Daya Manusia TELKOM dalam memberikan efektivitas pengendalian manajemen.

Sumber daya manusia (SDM) yang handal dan kompeten merupakan tulang punggung TELKOM dalam menghadapi persaingan bisnis telekomunikasi. Prestasi perusahaan yang telah dicapai sangat ditunjang oleh kualitas dan profesionalisme SDM, yang merupakan hasil dari program pengembangan SDM selama tahun 2004. Peningkatan prestasi tersebut antara lain dapat ditunjukkan dengan adanya peningkatan produktivitas, sehingga rasio produktivitas menjadi 340 sst per karyawan atau naik 24% dibandingkan tahun 2003. Sementara itu, jumlah pendapatan operasional TELKOM per karyawan telah meningkat 31% dibandingkan tahun lalu menjadi Rp 1,2 miliar per karyawan. Sampai dengan 31 Desember 2004, TELKOM memiliki karyawan sebanyak 29.375 orang. Sejalan dengan visi, misi dan proses reposisi bisnis untuk memantapkan posisi baru TELKOM sebagai Full Service and Network Provider (FSNP), perseroan menerapkan upaya pengembangan SDM secara konsisten dan kontinyu. Tujuannya adalah agar perusahaan memiliki jumlah SDM berkualitas yang efisien, sehingga dapat mendukung bisnis Perusahaan di bidang InfoCom. Program pengembangan SDM selama tahun 2004 antara lain difokuskan untuk mendukung terbentuknya organisasi yang berorientasi pada pelanggan (customer centric organization) yang akan dijalankan pada tahun 2005. Persiapan tersebut telah dijalankan sejak tahun 2002, antara lain dengan memperkenalkan dan mengembangkan sistem Competence Based Human Resources Management (CBHRM). Dalam sistem ini, kompetensi karyawan menjadi elemen utama yang diintegrasikan ke dalam seluruh proses pengembangan SDM secara sinergis.

Dalam rangka penerapan CBHRM, telah dikembangkan berbagai sistem untuk menerapkan aplikasi CBHRM, antara lain mencakup sistem perencanaan, sistem pengukuran kinerja serta mengubah pengelolaan SDM yaitu melakukan migrasi kompetensi ke area-area bisnis baru TELKOM yang berkaitan dengan phone, mobile dan multimedia (PMM). Pengembangan SDM dilakukan dengan meningkatkan jenjang pendidikan karyawan. Dalam tahun 2004 TELKOM telah menugaskan 40 orang karyawan untuk mengikuti pendidikan S2 di bidang akuntansi, manajemen SDM dan manajemen telekomunikasi di Universitas Gajah Mada, Universitas Indonesia dan Universitas HAN Belanda. Sebanyak 36 orang di antaranya telah menyelesaikan program tersebut. Selain itu, pada tahun 2004, 3 orang karyawan telah menyelesaikan pendidikan S3 di Amerika Serikat dalam bidang teknologi dan bisnis telekomunikasi.

Perusahaan juga memberikan kesempatan kepada karyawan yang melanjutkan pendidikan atas inisiatif sendiri untuk diakui sesuai dengan tingkat pendidikan terakhir di bidang yang dibutuhkan oleh Perusahaan melalui proses seleksi. Hingga tahun 2004, tercatat sebanyak 4.181 karyawan telah melaksanakan pendidikan S1, S2 dan S3 atas inisiatif sendiri. Di samping itu, pengembangan SDM dapat juga dilakukan melalui mutasi secara nasional antar divisi dan promosi jabatan. Program Pengembangan Eksekutif (EDP) pada tahun 2004 antara lain Strategic and Functional Leadership Training, Executive Coaching, Business Knowledge Sharing, External Executive Education.

Untuk pengembangan Non Eksekutif antara lain pelatihan beasiswa dari pemerintah Jepang (JICA) Program Telecommunication Network Planing and Designing, dari Pemerintah Swedia Program Information Technology Management, Chartered Financial Analyst (CFA), pelatihan Human Resources Management di Australia, pelatihan Penjenjangan Branch Manager Champion, pelatihan Project Management dan pelatihan Account Representative.



KOMPOSISI KARYAWAN BERDASARKAN

TINGKAT PENDIDIKAN

Pendidikan 2003 2004

SD-SMA 16.425 15.116

D1-D3 9.300 9.090

S1-S3 5.095 5.169

Jumlah 30.820 29.375



Berkaitan dengan rencana Perusahaan untuk memperkuat kompetensi karyawan di bidang InfoCom, maka program pelatihan (training) difokuskan pada program alih kompetensi karyawan ke bidang teknologi telekomunikasi, bisnis dan teknologi informasi. Selain pelatihan internal Perseroan juga mengadakan kerjasama dengan institusi lain di dalam negeri (seperti UI, ITB, STAN, UGM, dan Prasetya Mulya) maupun luar negeri (Eropa, Amerika Serikat dan Australia), terutama untuk bidang-bidang teknologi telekomunikasi baru maupun bisnis telekomunikasi. Program pembinaan karyawan di bidang spiritual dilaksanakan bekerja sama dengan Pondok Pesantren Daarut Tauhid. Selain itu, diadakan pula ceramah rutin mingguan serta ceramah-ceramah dalam rangka peringatan acara hari-hari besar keagamaan. Di samping kebijakan pensiun normal, sejak beberapa tahun yang lalu TELKOM juga menawarkan program pensiun dini (PENDI) secara sukarela. Program ini dimaksudkan agar Perusahaan memiliki jumlah karyawan yang optimal. Pada 2004, karyawan yang mengikuti program pensiun dini sebanyak 780 orang dengan biaya sebesar Rp 243 miliar. Selain itu, perseroan telah pula mengeluarkan kebijakan percepatan mulainya masa persiapan pensiun dari 1 tahun menjadi 2 tahun. Sejalan dengan meningkatnya produktivitas karyawan dan kinerja Perusahaan, TELKOM telah meningkatkan kesejahteraan karyawan dalam bentuk kenaikan gaji dan tunjangan, tunjangan cuti, insentif dan tunjangan lainnya.

Perusahaan juga memberikan penghargaan kepada karyawan yang berprestasi seperti the best healthiest family, the best staffs, the best innovator, pengelola jaringan akses terbaik dan the best performance TIC 007. Di samping pendidikan dan pelatihan, pengembangan SDM juga dilakukan melalui pengembangan Knowledge Management yang merupakan sarana agar setiap karyawan dapat menyampaikan berbagai informasi berupa tulisan, ide dan gagasan, yang dapat diakses oleh seluruh karyawan TELKOM. Bagi karyawan yang dinilai telah menghasilkan inovasi akan diberikan penghargaan berupa brevet oleh Perusahaan. Sementara itu, dalam rangka peningkatan produktivitas kerja, Perusahaan juga telah mengimplementasikan “Paperless Office Internal Telkom” (POINT), sehingga semua kegiatan surat menyurat dilakukan melalui on line system. Untuk pengembangan SDM selanjutnya di masa yang akan datang, TELKOM akan terus berupaya mendapatkan komposisi SDM yang lebih efisien dan profesional melalui program right sizing, perbaikan kompetensi dan tingkat pendidikan, perbaikan struktur usia karyawan serta pengembangan merit system.



Seperti dalam kasus pada PT Telkom, pengendalian manajemen akan efektif apabila terjadi keselarasan tujuan, keselarasan tujuan tersebut dibentuk dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia pada PT Telkom dengan memberikan kompensasi fasilitas pendidikan yang tinggi dan sesuai dengan kemampuannya. Dan kompensasi diberikan sesuai dengan prestasi mereka masing-masing. Sehingga tercapai target – target yang telah di tetapkan oleh manajemen.

Kepuasan juga merupakan kompensasi, dalam PT Telkom penghargaan juga diberikan sebagai kepuasan dari manajemen kepada karyawan atau individu yang berhasil sehingga karyawan dan individu siap berpacu dengan cara wajar untuk menyesuaikan keselarasan tujuan tersebut. Begitu juga sebalik karyawan dan individu puas atas penghargaan yang diberikan sehingga karyawan dan indovidu merasa diperhatikan. Seiring dengan perkembangan pemberian fasilitas tersebut tujuan perusahaan mencapai laba pun berjalan sebagaimana mestinya. Berkat kegiatan ekstra dan koordinasi yang baik antara prinsipal dan agen. Bisa dikatakan PT Telkom berhasil dalam efektivitas pengendalian manajemen mengingat begitu banyak divisi dapat di handle dengan baik oleh manajemen pusat, koordinasi yang akurat dan kerjasama tim yang baik membuat keselarasan tujuan dapat tercapai.





KESIMPULAN

Berdasarkan teori dan kasus diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sebuah perusahaan atau organisasi wajib menerapkan kompensasi yang adil. Dimana kompensasi tersebut dapat memicu karyawan atau tenaga kerja melaksanakan tugasnya dan menghasilkan laba yang ditargetkan.

Agar sistem kompensasi efektif, harus memenuhi tujuh kriteria dibawah ini:

1. Mencukupi (memenuhi ketentuan minimum pemerintah, serikat kerja dna peringkat manajemen)

2. Adil ( setiap orang diberi kompensasi selaras dengan jumlah usaha yang dicurahkan , kemampuan ,pelatihan, dan sebagainya

3. Imbang ( jumlah gaji, tunjangan, dan lainnyaimbang)

4. Efektif dari segi biaya (gaji harus sepadan dengan kemampuan perusahaan )

5. Memenuhi kebutuhan orang

6. Memotivasi orang untuk bekerja dengan efektif dan meningkatkan produktivitas

7. Dapat dimengerti oleh tenaga kerja.

Kompensasi dengan sistem yang baik dan adil memberikan kontribusi besar dalam perkembangan perusahaan karena dengan kompensasi yang adil membuat para manager mengejar target untuk mengembangkan perusahaan atau organisasi. Sehingga pengendalian managemen ikut berpengaruh dalam masalah kompensasi ini dengan mengejar prestasi yang mereka harapkan sehingga memicu ketatnya persaingan. Para individu cenderung lebih termotivasi oleh insentif positif daripada insentif negatif sehingga sistem pengendalian manajemen akan berjalan dan berhubungan jika kompensasi berorientasi pada insentif positif.

Hubungan kompensasi yang adil dengan pengendalian manajemen yaitu keselarasan tujuan. Yaitu kompensasi yang adil mempunyai pengaruh terhadap mekanisme pengendalian melalui pemantauan dan insentif. Prinsipal dapat mendesain sistem pengendalian yang dapat memantau tindakan-tindakan agen agar tindakan – tindakan agen untuk meningkatkan kesejahterahan tidak menimbulkan biaya yang harus ditanggung prinsipal. Prinsipal dalam penentuan kompensasi agen harus berusaha agar kontrak-kontrak insentif agen pantas dengan kinerjanya sehingga tercapai keselarasan tujuan prinsipal dan agen.

Read More......