Potensi Resesi Makin Besar

WASHINGTON, RABU - Potensi menuju resesi semakin dimungkinkan. Hal ini terjadi karena efek domino krisis keuangan AS turut memukul secara keras sistem perbankan Eropa. Kawasan ini didera krisis kepercayaan nasabah yang membuat bank diserbu dan kekurangan likuiditas.

Demikian isi laporan IMF dua tahunan, yang diluncurkan di Washington, Rabu (8/10). Krisis keuangan dimulai di AS, dengan kebangkrutan Lehman Brothers adalah pemicu terakhir.
Sebelumnya, krisis keuangan di AS ini diperkirakan tidak akan mengimbas keras kawasan Eropa. Akan tetapi, kepanikan nasabah bank di Eropa telah memicu penarikan dana besar-besaran dan menyebabkan nasionalisasi atas sejumlah bank di Eropa.
Hal ini telah mengakibatkan bank-bank kekurangan likuiditas dan membuat sistem perbankan di Eropa enggan saling meminjamkan dana. Keengganan ini membuat bank tak berjalan normal. Pembiayaan transaksi bisnis, transaksi uang, dan transaksi saham pun terganggu.
Kepanikan nasabah di Eropa telah menjelma menjadi kekhawatiran para investor di bursa, yang membuat mereka memperkirakan kinerja perusahaan akan anjlok. Hal ini membuat bursa saham berjumpalitan.
Penurunan serius
Oleh karena itu, menurut IMF, dunia kini sedang memasuki sebuah penurunan aktivitas ekonomi yang serius dan di ambang kejutan ekonomi paling berbahaya sejak Depresi Besar dekade 1930-an. Ini artinya kegiatan ekonomi trans-Atlantik (Eropa-AS), kekuatan ekonomi terbesar di dunia, telah terganggu.
Hal ini dipicu kebangkrutan sejumlah perbankan Eropa, yang turut membiayai sektor perumahan AS, yang mengalami kelesuan. Akibatnya, sejumlah perbankan diserbu nasabah. Kepanikan nasabah, yang dimulai di Irlandia, menghasilkan efek domino berupa rentetan kebangkrutan bank di seantero Eropa.
IMF meramalkan, pertumbuhan zona euro—15 negara pengguna mata uang tunggal euro— akan menurun menjadi 1,3 persen pada 2008, atau turun dari 2,6 persen yang diperkirakan sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi zona euro juga akan turun lagi menjadi hanya 0,2 persen pada 2009. Sebelum krisis keuangan terbaru melanda zona euro, IMF meramalkan pertumbuhan di kawasan itu masih antara 1,7 dan 1,8 persen pada 2009.
Dampak dari penurunan aktivitas ekonomi trans-Atlantik jelas akan menurunkan daya serap ekonomi negara itu terhadap impor asal Asia. Penurunan ekonomi itu juga akan berdampak pada berkurangnya kemampuan membantu negara lain. Setidaknya, permintaan PBB agar negara-negara kaya menyalurkan bantuan sebesar 0,7 persen dari total nilai produk domestik bruto (PDB) tak bisa dipenuhi. Setidaknya, jumlah absolut bantuan, yang disebut sebagai official development assistance (ODA), bantuan resmi, akan berkurang.
Setidaknya, penurunan ini juga akan menurunkan kemampuan pembiayaan untuk mewujudkan program Millennium Development Goals (MDGs), pemberantasan kemiskinan dengan salah satu targetnya adalah penurunan jumlah penduduk miskin menjadi setengah pada 2015 dari sekitar 1,2 miliar orang sekarang ini.
sumber kompas cetak

Tidak ada komentar: