Jakarta - Orang kaya semakin kaya dan si miskin semakin miskin. Hal itu merupakan cerminan bagaimana tingkat pendidikan dan informasi yang diperoleh. Ketidakseimbangan antara masyarakat kaya dana masyarakat miskin yang semakin lebar dinegara Asia merupakan cerminan dari kurangnya tingkat pendidikan dan minimnya informasi di masyarakat.
Hal ini dikatakan oleh Chief Economies Deutsche Bank, Prof. DR Nobert Walter dalam konferensi pers mengenai perkembangan ekonomi dunia di Hotel Four Seasons, Kuningan, Jakarta, Kamis (9/8/2007). “Kesenjangan ini sebenarnya tidak hanya terjadi di Asia, tapi negera seperti AS juga terdapat yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Ini terjadi ketidakseimbangan pendapatan. Yang harus diperhatikan adalah variabelnya,” papar Walter. Menurut Walter, masyarakat kini tidak bisa lagi berpandangan dengan paradigma lama tentang orang kaya. Dulu orang kaya adalah yang punya pabrik atau kebun anggur yang luas. “Tapi dapat dilihat saat ini 10 orang terkaya di dunia adalah pemain-pemain baru (New Kids on The Block). Contohnya Google dan Youtube mereka kan baru semua,” tutur Walter. Walter menjelaskan, globalisasi kini telah mengubah area dan metode produksi. Yang dulu produksi hanya bisa dilakukan di pabrik, kini di rumah pun orang bisa produktif dan memproduksi. Menurutnya solusi yang paling tepat untuk menghilangkan atau mengecilkan kesenjangan antara si kaya dan si miskin adalah dengan edukasi. Jadi bagaimana membuat masyarakat luas memiliki kesempatan yang lebih untuk mendapatkan pengetahuan. “Jadi informasi itu sangat penting,” tukasnya. Menanggapi data ADB tentang kesenjangan yang lebar di Asia antara si kaya dan si miskin, Walter menilainya positif. Menurutnya, ini bisa menjadi informasi bagus dan bisa menjadi pengetahuan agar masyarakat mengubah paradigma pemikiran mereka. (ir/qom) Wahyu Daniel - detikfinance
Orang Kaya Makin Kaya karena Informasi dan Pendidikan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar