Remaslah Tanganku dan Akan Kukatakan Aku Sayang Kamu

(Mary Marcdante - Chicken Soup for the Mother's Soul)

Ingatkah ketika masih kecil kamu jatuh dan terluka? Ingatkah apa yang dilakukan ibumu untuk meringankan rasa sakit? Ibuku, Grace Rose, selalu menggendongku, membawaku ke tempat tidurnya, mendudukkan diriku, lalu mencium "aduh"-ku. Lalu ia duduk di tempat tidur di sampingku, meraih tanganku dan berkata, "Kalau sakit, remas saja tangan Ibu. Nanti akan kukatakan Aku sayang kamu."

Sering aku meremas tangannya, dan setiap kali, tak pernah luput, aku mendengar kata-kata, "Mary, Ibu sayang kamu." Kadang-kadang aku pura-pura sakit hanya supaya aku memperoleh ritual itu darinya. Waktu aku lebih besar, ritual itu berubah, tapi ia selalu menemukan cara untuk meringankan rasa sakit dan meningkatkan rasa senang yang kurasakan dalam berbagai bagian hidupku. Pada hari-hari sulit di SMU , ia akan menawarkan sebatang cokelat almond Hershey kesukaannya saat aku pulang. Semasa usiaku 20-an, Ibu sering menelepon untuk menawarkan piknik makan siang spontan di Taman Eastbrook untuk sekadar merayakan hari cerah dan hangat di Wisconsin . Kartu ucapan terima kasih yang ditulisnya sendiri tiba di kotak pos setiap kali ia dan ayahku berkunjung ke rumahku, mengingatkanku betapa istimewanya aku baginya. Tapi ritual yang paling berkesan adalah genggamannya pada tanganku saat aku masih kecil dan berkata, "Kalau sakit, remaslah tangan Ibu dan akan kukatakan aku sayang kamu."

Suatu pagi, saat aku berusia akhir 30-an, setelah orangtuaku berkunjung pada malam sebelumnya, ayahku meneleponku di kantor. Ia selalu berwibawa dan jernih saat memberi nasehat, tapi aku mendengar rasa bingung dan panik dalam suaranya. "Mary, ibumu sakit dan aku tak tahu harus berbuat apa. Cepatlah datang kemari."

Perjalanan mobil 10 menit ke rumah orangtuaku diiringi oleh rasa takut, bertanya-tanya apa yang terjadi pada ibuku. Saat aku tiba, Ayah sedang mondar-mandir di dapur sementara Ibu berbaring di tempat tidur. Matanya terpejam dan tangannya berada di atas perut. Aku memanggilnya, mencoba menjaga agar suaraku setenang mungkin.

"Bu, aku sudah datang."

"Mary?"

"Iya, Bu."

"Mary, kaukah itu?"

"Iya, Bu, ini aku."

Aku tak siap untuk pertanyaan berikutnya, dan saat aku mendengarnya, aku membeku, tak tahu harus berkata apa.

"Mary, apakah Ibu akan mati?"

Air mata menggenang dalam diriku saat aku memandang ibuku tercinta terbaring di situ tak berdaya. Pikiranku melayang, sampai pertanyaan itu terlintas dalam benakku: 'Jika keadaannya terbalik, apa yang akan dikatakan Ibu padaku?' Aku berdiam sejenak yang terasa seperti jutaan tahun, menunggu kata-kata itu tiba di bibirku.

"Bu, aku tak tahu apakah Ibu akan mati, tapi kalau memang perlu, tak apa-apa. Aku menyayangimu."

Ia berseru, "Mary, rasanya sakit sekali."

Lagi-lagi, aku bingung hendak berkata apa. Aku duduk di sampingnya di tempat tidur, meraih tangannya dan mendengar diriku berkata,

"Bu, kalau Ibu sakit, remaslah tanganku, nanti akan kukatakan, aku sayang padamu." Ia meremas tanganku.

"Bu, aku sayang padamu."

Banyak remasan tangan dan kata "aku sayang padamu" yang terlontar antara aku dan ibuku selama dua tahun berikutnya, sampai ia meninggal akibat kanker indung telur.

Kita tak pernah tahu kapan ajal kita tiba, tapi aku tahu bahwa pada saat itu, bersama siapa pun, aku akan menawarkan ritual kasih ibuku yang manis setiap kali, "Kalau sakit, remaslah tanganku, dan akan kukatakan, aku sayang padamu."

Salah satu cara untuk mengungkapkan rasa kasih sayang pada orang yang anda cintai adalah dengan memegang dan meremas tangannya dengan lembut. Tindakan itu kadangkala mengandung makna dan arti yang teramat dalam yang hanya dapat dipahami antara anda dan orang yang anda cintai.............

Please share with others...

Semoga kedua Orang Tua kita bahagia,

Semoga setiap Anak di dunia bahagia,

Semoga semua Mahluk Hidup bahagia.

Read More......

Masa Tua Seorang Ayah

Suatu hari seorang sahabat saya pergi ke rumah orang jompo atau lebih terkenal dengan sebutan panti werdha bersama dengan teman-temannya. Ketika teman saya sedang berbicara dengan beberapa Ibu-Ibu tua, tiba-tiba mata teman saya tertumpu pada seorang Opa tua yang duduk menyendiri sambil menatap ke depan dengan tatapan kosong. Lalu sang teman mencoba mendekati Opa itu dan mencoba mengajaknya berbicara. Perlahan tapi pasti sang Opa akhirnya mau mengobrol dengannya dan si Opa menceritakan kisah hidupnya.

Sejak masa muda saya menghabiskan waktu saya untuk terus mencari usaha yang baik untuk keluarga saya, khususnya untuk anak-anak yang sangat saya cintai. Sampai akhirnya saya mencapai puncaknya dimana kami bisa tinggal dirumah yang sangat besar dengan segala fasilitas yang sangat bagus. Demikian pula dengan anak-anak saya, mereka semua berhasil sekolah sampai ke luar negeri dengan biaya yang tidak pernah saya batasi. Akhirnya mereka semua berhasil dalam sekolah juga dalam usahanya dan juga dalam berkeluarga.

Tibalah dimana kami sebagai orang tua merasa sudah saatnya pensiun dan menuai hasil panen kami. Tiba-tiba istri tercinta saya yang selalu setia menemani saya dari sejak saya memulai kehidupan ini meninggal dunia karena sakit yang sangat mendadak. Sejak kematian istri saya tinggallah saya hanya dengan para pembantu kami karena anak-anak kami sudah mempunyai rumah yang juga besar. Hidup saya rasanya hilang, tiada lagi orang yang mau menemani saya setiap saat saya memerlukannya. Tidak sebulan sekali anak-anak mau menjenguk saya ataupun memberi kabar melalui telepon. Lalu tiba-tiba anak sulung saya datang dan mengatakan kalau dia akan menjual rumah karena selain tidak effisien juga toh saya dapat ikut tinggal dengannya. Dengan hati yang berbunga saya menyetujuinya karena toh saya juga tidak memerlukan rumah besar lagi tapi tanpa ada orang-orang yang saya kasihi di dalamnya. Setelah itu saya ikut dengan anak saya yang sulung. Tapi apa yang saya dapatkan ? setiap hari mereka sibuk sendiri-sendiri dan kalaupun mereka ada di rumah tak pernah sekalipun mereka mau menyapa saya. Semua keperluan saya pembantu yang memberi. Untunglah saya selalu hidup teratur dari muda maka meskipun sudah tua saya tidak pernah sakit-sakitan.

Lalu saya tinggal dirumah anak saya yang lain. Saya berharap kalau saya akan mendapatkan sukacita didalamnya, tapi rupanya tidak. Yang lebih menyakitkan semua alat-alat untuk saya pakai mereka ganti, mereka menyediakan semua peralatan dari kayu dengan alasan untuk keselamatan saya tapi sebetulnya mereka sayang dan takut kalau saya memecahkan alat-alat mereka yang mahal-mahal itu. Setiap hari saya makan dan minum dari alat-alat kayu atau plastik yang sama dengan yang mereka sediakan untuk para pembantu dan anjing mereka. Setiap hari saya makan dan minum sambil mengucurkan airmata dan bertanya dimanakah hati nurani mereka?

Akhirnya saya tinggal dengan anak saya yang terkecil, anak yang dulu sangat saya kasihi melebihi yang lain karena dia dulu adalah seorang anak yang sangat memberikan kesukacitaan pada kami semua. Tapi apa yang saya dapatkan? Setelah beberapa lama saya tinggal disana akhirnya anak saya dan istrinya mendatangi saya lalu mengatakan bahwa mereka akan mengirim saya untuk tinggal di panti jompo dengan alasan supaya saya punya teman untuk berkumpul dan juga mereka berjanji akan selalu mengunjungi saya.

Sekarang sudah 2 tahun saya disini tapi tidak sekalipun dari mereka yang datang untuk mengunjungi saya apalagi membawakan makanan kesukaan saya. Hilanglah semua harapan saya tentang anak-anak yang saya besarkan dengan segala kasih sayang dan kucuran keringat. Saya bertanya-tanya mengapa kehidupan hari tua saya demikian menyedihkan padahal saya bukanlah orangtua yang menyusahkan, semua harta saya mereka ambil. Saya hanya minta sedikit perhatian dari mereka tapi mereka sibuk dengan diri sendiri. Kadang saya menyesali diri mengapa saya bisa mendapatkan anak-anak yang demikian buruk. Masih untung di sini saya punya teman-teman dan juga kunjungan dari sahabat - sahabat yang mengasihi saya tapi tetap saya merindukan anak-anak saya.

Sejak itu sahabat saya selalu menyempatkan diri untuk datang kesana dan berbicara dengan sang Opa. Lambat laun tapi pasti kesepian di mata sang Opa berganti dengan keceriaan apalagi kalau sekali-sekali teman saya membawa serta anak-anaknya untuk berkunjung.

Sampai hatikah kita membiarkan para Orang Tua kesepian dan menyesali hidupnya hanya karena semua kesibukan hidup kita? Bukankah suatu haripun kita akan sama dengan mereka, tua dan kesepian ? Ingatlah bahwa tanpa Ayah dan Ibu, kita tidak akan ada di dunia dan menjadi seperti ini. Jika kamu masih mempunyai Orang Tua, bersyukurlah sebab banyak anak yatim-piatu yang merindukan kasih sayang Orang Tua.

Love your parents in anyway they are...

Semoga kedua Orang Tua kita bahagia,

Semoga setiap Anak di dunia bahagia,

Semoga semua Mahluk Hidup bahagia.

Read More......

Kasih IBu Sepanjang Masa (Mengemis Beras untuk Sekolah Sang Anak)

Ini adalah makanan yang tidak bisa dibeli dengan uang. Kisah ini adalah kisah nyata sebuah keluarga yang sangat miskin, yang memiliki seorang anak laki-laki. Ayahnya sudah meninggal dunia, tinggalah Ibu dan anak laki-lakinya untuk saling menopang. Saat membaca buku, sang anak tersebut diterangi sinar lampu minyak, sedangkan Ibunya dengan penuh kasih menjahitkan baju untuk sang anak. Saat memasuki musim gugur, sang anak memasuki sekolah menengah atas. Tetapi justru saat itulah Ibunya menderita penyakit rematik yang parah sehingga tidak bisa lagi bekerja disawah.


Saat itu setiap bulannya murid-murid diharuskan membawa tiga puluh kg beras untuk dibawa ke kantin sekolah. Sang anak mengerti bahwa Ibunya tidaklah mungkin bisa memberikan tiga puluh kg beras tersebut. Dan kemudian berkata kepada Ibunya ” Ma, saya mau berhenti sekolah dan membantu Mama bekerja disawah”. Ibunya mengelus kepala anaknya dan berkata ”Kamu memiliki niat seperti itu Mama sudah senang sekali tetapi kamu harus tetap sekolah. Jangan khawatir, kalau Mama sudah melahirkan kamu, pasti bisa merawat dan menjaga kamu. Cepatlah pergi daftarkan kesekolah nanti berasnya Mama yang akan bawa kesana”. Karena sang anak tetap bersikeras tidak mau mendaftarkan kesekolah, Mamanya menampar sang anak tersebut. Dan ini adalah pertama kalinya sang anak ini dipukul oleh Mamanya.

Sang anak akhirnya pergi juga kesekolah. Sang Ibunya terus berpikir dan merenung dalam hati sambil melihat bayangan anaknya yang pergi menjauh. Tak berapa lama, dengan terpincang-pincang dan nafas tergesa-gesa Ibunya datang ke kantin sekolah dan menurunkan sekantong beras dari bahunya. Pengawas yang bertanggung jawab menimbang beras dan membuka kantongnya dan mengambil segenggam beras lalu menimbangnya dan berkata ” Kalian para wali murid selalu suka mengambil keuntungan kecil, kalian lihat, disini isinya campuran beras dan gabah. Jadi kalian kira kantin saya ini tempat penampungan beras campuran. ” Sang Ibu ini pun malu dan berkali-kali meminta maaf kepada Ibu pengawas tersebut.

Awal Bulan berikutnya Ibu memikul sekantong beras dan masuk ke dalam kantin. Ibu pengawas seperti biasanya mengambil sekantong beras dari kantong tersebut dan melihat. Masih dengan alis yang mengerut dan berkata: ” Masih dengan beras yang sama. ” Pengawas itupun berpikir, apakah kemarin itu dia belum berpesan dengan Ibu ini dan kemudian berkata : ” Tak perduli beras apapun yang Ibu berikan kami akan terima tapi jenisnya harus dipisah jangan dicampur bersama, kalau tidak maka beras yang dimasak tidak bisa matang sempurna. Selanjutnya kalau begini lagi, maka saya tidak bisa menerimanya. ”

Awal bulan ketiga, sang Ibu datang kembali ke sekolah. Sang pengawas kembali marah besar dengan kata-kata kasar dan berkata ” Kamu sebagai Mama kenapa begitu keras kepala, kenapa masih tetap membawa beras yang sama. Bawa pulang saja berasmu itu ! ” Dengan berlinang air mata sang Ibu pun berlutut di depan pengawas tersebut dan berkata: ” Maafkan saya bu, sebenarnya beras ini saya dapat dari mengemis. ” Setelah mendengar kata sang Ibu, sang pengawas itu kaget dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sang Ibu tersebut menghapus air mata dan berkata ” Saya menderita rematik stadium terakhir, bahkan untuk berjalan pun susah, apalagi untuk bercocok tanam. Anakku sangat mengerti kondisiku dan mau berhenti sekolah untuk membantuku bekerja disawah, tapi saya melarang dan menyuruhnya bersekolah lagi. ” Selama ini dia tidak memberi tahu sanak saudaranya yang ada dikampung sebelah. Lebih-lebih takut melukai harga diri anaknya. Setiap hari pagi-pagi buta dengan kantong kosong dan bantuan tongkat pergi ke kampung sebelah untuk mengemis. Sampai hari sudah gelap pelan-pelan kembali ke kampung sendiri. Sampai pada awal bulan semua beras yang terkumpul diserahkan kesekolah.

Pada saat sang Ibu bercerita, secara tidak sadar air mata Pengawas itupun mulai mengalir, kemudian mengangkat Ibu tersebut dari lantai dan berkata ” Bu sekarang saya akan melapor kepada kepala sekolah, supaya bisa diberikan sumbangan untuk keluarga Ibu.” Sang Ibu buru-buru menolak dan berkata ” Jangan, kalau anakku tahu Ibunya pergi mengemis untuk sekolah anaknya, maka itu akan menghancurkan harga dirinya. Dan itu akan mengganggu sekolahnya. Saya sangat terharu dengan kebaikan hati Ibu pengawas, tetapi tolong Ibu bisa menjaga rahasia ini.”

Akhirnya masalah ini diketahui juga oleh kepala sekolah. Secara diam-diam Kepala sekolah membebaskan biaya sekolah dan biaya hidup anak tersebut selama tiga tahun. Tiga tahun kemudian, sang anak tersebut lulus masuk ke perguruan tinggi Qing hua dengan nilai 627 point. Di hari perpisahan sekolah, Kepala sekolah sengaja mengundang Ibu dari anak ini duduk di atas tempat duduk utama. Ibu ini merasa aneh begitu banyak murid yang mendapat nilai tinggi, tetapi mengapa hanya dia yang diundang dan yang lebih aneh lagi disana masih terdapat tiga kantong beras. Pengawas sekolah tersebut akhirnya maju ke depan dan menceritakan kisah sang Ibu ini yang mengemis beras demi anaknya bersekolah. Kepala sekolah pun menunjukkan tiga kantong beras itu dengan penuh haru dan berkata : ” Inilah sang Ibu dalam cerita tadi.” dan mempersilakan sang Ibu yang sangat luar biasa tersebut untuk naik ke atas mimbar. Anak dari sang Ibu tersebut dengan ragu-ragu melihat ke belakang dan melihat gurunya menuntun Mamanya berjalan ke atas mimbar. Sang Ibu dan sang anakpun saling bertatapan. Pandangan Mama yang hangat dan lembut kepada anaknya. Akhirnya sang anak pun memeluk dan merangkul erat Mamanya dan berkata ”Oh Mamaku......”

Pepatah mengatakan: 'Kasih ibu sepanjang masa, sepanjang jaman dan sepanjang kenangan'. Inilah kasih seorang mama yang terus dan terus memberi kepada anaknya tak mengharapkan kembali dari sang anak. Hati mulia seorang mama demi menghidupi sang anak berkerja tak kenal lelah dengan satu harapan sang anak mendapatkan kebahagian serta sukses dimasa depannya. Mulai sekarang, katakanlah kepada mama dimanapun mama kita berada dengan satu kalimat ” Terima kasih Mama.. Aku Mencintaimu, Aku Mengasihimu. .. Selamanya”

Please share with others....

Semoga kedua Orang Tua kita bahagia,

Semoga setiap Anak di dunia bahagia,

Semoga semua Mahluk Hidup bahagia.

Read More......

Buku Harian Ayah

Ayah dan ibu telah menikah lebih dari 30 tahun, saya sama sekali tidak pernah melihat mereka bertengkar. Di dalam hati saya, perkawinan ayah dan ibu ini selalu menjadi teladan bagi saya, juga selalu berusaha keras agar diri saya bisa menjadi seorang pria yang baik, seorang suami yang baik seperti ayah saya. Namun harapan tinggallah harapan, sementara penerapannya sangatlah sulit. Tak lama setelah menikah, saya dan istri mulai sering bertengkar hanya akibat hal - hal kecil dalam rumah tangga.

Malam minggu pulang ke kampung halaman, saya tidak kuasa menahan diri hingga menuturkan segala keluhan tersebut pada ayah. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun ayah mendengarkan segala keluhan saya, dan setelah itu beliau berdiri dan masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian, ayah mengusung keluar belasan buku catatan dan ditumpuknya begitu saja di hadapan saya. Sebagian besar buku tersebut halamannya telah menguning, kelihatannya buku - buku tersebut telah disimpan selama puluhan tahun. Ayah saya tidak banyak mengenyam pendidikan, apa bisa beliau menulis buku harian? Dengan penuh rasa ingin tahu saya mengambil salah satu dari buku - buku itu. Tulisannya memang adalah tulisan tangan ayah, agak miring dan sangat aneh sekali, ada yang sangat jelas, ada juga yang semrawut, bahkan ada yang tulisannya sampai menembus beberapa halaman kertas.

Saya segera tertarik dengan hal tersebut, mulailah saya baca dengan seksama halaman demi halaman isi buku itu. Semuanya merupakan catatan hal - hal sepele, "Suhu udara mulai berubah menjadi dingin, ia sudah mulai merajut baju wol untuk saya." "Anak - anak terlalu berisik, untung ada dia." Sedikit demi sedikit tercatat, semua itu adalah catatan mengenai berbagai macam kebaikan dan cinta ibu kepada ayah, mengenai cinta ibu terhadap anak -anak dan terhadap keluarga ini. Dalam sekejap saya sudah membaca habis beberapa buku, arus hangat mengalir di dalam hati saya, mata saya berlinang air mata. Saya mengangkat kepala, dengan penuh rasa haru saya berkata pada ayah, "Ayah, saya sangat mengagumi ayah dan ibu." Ayah menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak perlu kagum, kamu juga bisa."

Ayah berkata lagi, "Menjadi suami istri selama puluhan tahun lamanya, tidak mungkin sama sekali tidak terjadi pertengkaran dan benturan? Intinya adalah harus bisa belajar untuk saling pengertian dan toleran. Setiap orang memiliki masa emosional, Ibumu terkadang kalau sedang kesal, juga suka mencari gara - gara, melampiaskan kemarahannya pada ayah, mengomel. Waktu itu saya bersembunyi di depan rumah, di dalam buku catatan saya tuliskan segala hal yang telah ibumu lakukan demi rumah tangga ini. Sering kali dalam hati saya penuh dengan amarah, waktu menulis kertasnya sobek akibat tembus oleh pena. Tapi saya masih saja terus menulis satu demi satu kebaikannya, saya renungkan bolak balik dan akhirnya emosinya juga tidak ada lagi, yang tinggal semuanya adalah kebaikan dari Ibumu."

Dengan terpesona saya mendengarkannya. Lalu saya bertanya pada ayah, "Ayah, apakah Ibuku pernah melihat catatan - catatan ini?" Ayah hanya tertawa dan berkata, "Ibumu juga memiliki buku catatan. Dalam buku catatannya itu semua isinya adalah tentang kebaikan diriku. Kadang kala di malam hari, menjelang tidur, kami saling bertukar buku catatan, dan saling menertawakan pihak lain. ha. ha. ha."

Memandang wajah ayah yang dipenuhi senyuman dan setumpuk buku catatan yang berada di atas meja, tiba - tiba saya sadar akan rahasia dari suatu pernikahan :

” Cinta itu sebenarnya sangat sederhana, ingat dan catat kebaikan dari orang lain. Lupakan segala kesalahan dari pihak lain. “

Please share with others....

Semoga kedua Orang Tua kita bahagia,

Semoga setiap Anak di dunia bahagia,

Semoga semua Mahluk Hidup bahagia.

Read More......

CINTA SEORANG IBU UNTUK ANAKNYA

Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya. Suaminya sudah lama meninggal karena sakit. Sang ibu sering kali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya. Anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam dan banyak lagi. Ibu itu sering menangis meratapi nasibnya yang malang . Namun ia sering berdoa memohon kepada Tuhan: "Tuhan tolong sadarkan anakku yang kusayangi, supaya tidak berbuat dosa lagi. Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati." Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya, sudah sangat sering ia keluar masuk penjara karena kejahatan yang dilakukannya.

Suatu hari ia kembali mencuri di rumah penduduk desa, namun malang dia tertangkap. Kemudian dia dibawa ke hadapan raja utk diadili dan dijatuhi hukuman pancung. Pengumuman itu diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan dilakukan keesokan hari di depan rakyat desa dan tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi. Berita hukuman itu sampai ke telinga si ibu. Dia menangis meratapi anak yang dikasihinya dan berdoa berlutut kepada Tuhan, "Tuhan ampuni anak hamba, biarlah hamba yang sudah tua ini yang menanggung dosanya." Dengan tertatih-tatih dia mendatangi raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan. Tapi keputusan sudah bulat, anaknya harus menjalani hukuman. Dengan hati hancur, ibu itu kembali ke rumah. Tak hentinya dia berdoa supaya anaknya diampuni, dan akhirnya dia tertidur karena kelelahan. Dan dalam mimpinya dia bertemu dengan Tuhan.

Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan, rakyat berbondong-bondong manyaksikan hukuman tersebut. Sang algojo sudah siap dengan pancungnya dan anak sudah pasrah dengan nasibnya. Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua, dan tanpa terasa ia menangis menyesali perbuatannya. Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba. Sampai waktu yang ditentukan tiba, lonceng belum juga berdentang. Sudah lewat lima menit dan suasana mulai berisik, akhirnya petugas yang bertugas membunyikan lonceng datang. Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak ada. Saat mereka semua sedang bingung, tiba-tiba dari tali lonceng itu mengalir darah. Darah itu berasal dari atas tempat di mana lonceng itu diikat. Dengan jantung berdebar-debar seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah. Tahukah anda apa yang terjadi? Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah. Dia memeluk bandul di dalam lonceng yang menyebabkan lonceng tidak berbunyi, dan sebagai gantinya, kepalanya yang terbentur di dinding lonceng. Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata. Sementara si anak meraung-raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan, menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya. Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan mengikat dirinya di lonceng, memeluk bandul dalam lonceng untuk menghindari hukuman pancung anaknya.

Demikianlah sangat jelas kasih seorang ibu utk anaknya. Betapapun jahat si anak, ibu akan tetap mengasihi sepenuh hidupnya...

Marilah kita mengasihi orang tua kita masing masing selagi kita masih mampu, karena mereka adalah sumber kasih Tuhan bagi kita di dunia ini.

Sesuatu untuk dijadikan renungan utk kita... agar kita selalu mencintai sesuatu yang berharga yang tidak bisa dinilai dengan apapun.

There is a story living in us that speaks of our place in the world. It is a story that invites us to love what we love and simply be ourselves.

Ambillah waktu untuk berpikir, itu adalah sumber kekuatan.

Ambillah waktu untuk bermain, itu adalah rahasia dari masa muda yang abadi.

Ambillah waktu untuk berdoa, itu adalah sumber ketenangan.

Ambillah waktu untuk belajar, itu adalah sumber kebijaksana.

Ambillah waktu untuk mencintai dan dicintai, itu adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan.

Ambillah waktu untuk bersahabat, itu adalah jalan menuju kebahagiaan. Ambillah waktu untuk tertawa, itu adalah musik yang menggetarkan hati.

Ambillah waktu untuk memberi, itu membuat hidup terasa berarti.

Ambillah waktu untuk bekerja, itu adalah nilai keberhasilan.

Ambillah waktu utk beramal, itu adalah kunci utk menuju surga.

Gunakah waktu sebaik mungkin, karena waktu tidak akan bisa diputar kembali.

Semoga Setiap Anak dapat berbakti pada kedua Orang Tuanya.

Kata Renungan dari Master Cheng Yen (Pendiri Yayasan Budha Tzu Chi) :

Ada dua hal yang tidak bisa ditunda dalam kehidupan :

1. Berbakti pada Orang tua.

2. Melakukan kebajikan.

Please share with others....

Semoga kedua Orang tua kita bahagia,

Semoga setiap Anak di dunia bahagia,

Semoga semua Mahluk hidup bahagia.

Read More......

Control Your Destiny or Someone Else Will: The GE Way

GENERAL Electric (GE) adalah salah satu perusahaan yang dikagumi banyak orang, termasuk saya. Banyak hal yang bisa dipelajari dari perusahaan ini. Berbagai buku tentang GE juga telah ditulis, termasuk karya Noel Tichy dan Stratford Sherman yang menginspirasi judul tulisan ini, Control Your Destiny or Someone Else Will.

Satu hal yang menarik diamati adalah perubahan yang terjadi di GE sejak era Jack Welch sampai Jeff Immelt sekarang. Begitu diangkat sebagai CEO dan Chairman GE pada tahun 1981, Welch bergerak cepat. Sepanjang dasawarsa 1980-an, Welch bekerja keras merampingkan GE dan membuatnya jadi lebih kompetitif. Welch dikenal sangat terobsesi dengan shareholder value. Pidatonya yang berjudul “Growing Fast in a Slow-Growth Economy” menunjukkan dengan jelas obsesi Welch ini. Welch mendorong para manajernya untuk bekerja lebih produktif. Ia juga memangkas birokrasi untuk meningkatkan efisiensi. Welch juga tidak segan-segan memecat karyawan yang dianggap tidak memiliki kinerja yang bagus. Hasilnya? Secara finansial GE sukses besar di bawah kepemimpinan Welch. Pada tahun 1980, sebelum era Welch, revenue GE sekitar 26,8 milyar dollar AS. Pada tahun 2000, satu tahun sebelum Welch pensiun, revenue-nya meningkat pesat menjadi 130 milyar dollar AS! Nah, setelah era Welch berakhir pada tahun 2001, giliran Jeff Immelt yang memimpin GE. Sama seperti Welch, Immelt pun langsung melakukan transformasi. Immelt melihat bahwa GE cenderung sudah tidak inovatif. Ia menilai bahwa obsesi GE terhadap bottom-line results dan kecenderungan untuk memecat orang yang tidak mampu memenuhinya—warisan dari Welch—akan membuat para eksekutif GE tidak berani mengambil risiko. Maka, Immelt ingin agar GE lebih berani mengambil risiko, lebih memperhatikan soal pemasaran, dan yang lebih penting, lebih berani melakukan inovasi. Beda dengan era Welch sebelumnya yang menekankan soal efisiensi, pemotongan biaya, dan ketrampilan melakukan deal-deal bisnis. Hal ini mau tidak mau memang harus dilakukan. Lanskap bisnis pada era Welch berbeda dengan era Immelt. Pada era Welch, ekonomi Amerika tumbuh pesat pada tahun 1990-an saat dipimpin Bill Clinton. Sementara Immelt harus menghadapi masa-masa pasca peristiwa serangan teroris 9/11, ekonomi domestik Amerika yang pertumbuhannya lebih lambat di bawah kepemimpinan George W. Bush, para investor yang lebih demanding karena baru saja mengalami dotcom bomb, dan juga pesaing-pesaing global yang lebih banyak. Bisa kita lihat bagaimana perusahaan sekelas GE pun terus berubah sesuai dengan perubahan lanskap bisnis yang dihadapi. Kebetulan MarkPlus Institute of Marketing (MIM) sendiri tahun 2007 lalu pernah diminta untuk memberikan pelatihan bagi para eksekutif GE Asia di tiga kota sekaligus: Singapura, Shanghai, dan Sydney. Jadi, sedikit banyak saya juga bisa belajar dari orang-orang GE sendiri. Saya sendiri pernah menginap semalam di Kantor Pusat GE di Fairfield Connecticut, Amerika. Saya juga pernah dua kali diundang ke Crotonville, corporate university-nya GE. Kampus yang didirikan pada tahun 1956 ini sekarang namanya John F. Welch Leadership Development Center, untuk menghormati Jack Welch yang sudah pensiun. Di Crotonville inilah para karyawan GE, mulai dari karyawan baru sampai ke jajaran top management, digembleng dengan berbagai program pendidikan. Selain Six Sigma, program penting lainnya adalah Change Acceleration Process (CAP). CAP yang merupakan inisiatif Jack Welch ini bertujuan untuk menyiapkan para manajer GE agar mampu mengelola proses perubahan secara lebih efektif. Welch memang telah membangun fondasi yang kuat di Crotonville ini. Perusahaan yang kuat itu bukan perusahaan yang ukurannya besar semata, namun perusahaan yang orang-orangnya siap berubah setiap saat. Untuk menghadapi perubahan eksternal, sebuah perusahaan sebelumnya harus bisa melakukan perubahan internal. Perubahan internal ini ada tiga jenis, yaitu Political Change, Technical Change, dan Cultural Change. Political Change adalah perubahan di tingkat manajemen puncak. Para pengambil keputusan harus benar-benar mendukung program perubahan internal yang sedang terjadi. Technical Change merupakan perubahan yang menyangkut aspek-aspek seperti strategi, sistem, struktur, dan sebagainya. Technical Change ini biasanya disusun oleh sekelompok kecil orang yang memang ahli dalam bidangnya. Sementara itu, Cultural Change adalah perubahan budaya korporat yang menyangkut seluruh karyawan tanpa kecuali. Nilai-nilai (values) dan perilaku (behaviour) baru musti dijalankan dengan konsisten. GE telah melakukan ketiga perubahan internal tersebut dan hasilnya bisa sama-sama kita lihat. Jadi, hanya perusahaan yang siap berubahlah yang akan mampu bertahan di lanskap New Wave ini. ---Ringkasan tulisan ini bisa dibaca di Harian Kompas--Hermawan Kartajaya

Read More......

Battling for Profit: Google vs Yahoo!

Jumat, 12 September 2008 MANA yang lebih penting: profit atau pangsa pasar (market share)? Bagi saya, profit lebih penting, karena profitlah yang sebenarnya merupakan modal bagi perusahaan untuk bisa berkembang.

Namun, masih banyak orang yang menganggap bahwa pangsa pasarlah yang harus dikejar. Ini terjadi karena dulu ada istilah yang namanya Profit Impact of Market Strategy (PIMS). Istilah ini sebenarnya merupakan judul laporan dari lembaga Strategic Planning Institute di Amerika. Laporan tersebut menyimpulkan bahwa profitabilitas perusahaan akan meningkat seiring dengan meningkatnya pangsa pasar perusahaan tersebut. Namun, laporan PIMS ini ternyata tidak seluruhnya benar. Di Jepang, banyak perusahaan yang hancur karena mereka berebut pangsa pasar at any cost, dan berharap profit akan datang kemudian. Dalam bukunya, Can Japan Compete?, Michael E. Porter dkk. bilang bahwa salah satu penyebab kemandekan ekonomi Jepang sejak pertengahan 1980-an adalah karena perusahaan-perusahaan Jepang lebih mengejar ekspansi pasar ketimbang memikirkan masalah profitabilitas. Perusahaan-perusahaan Jepang menganut falsafah lifetime employment. Jadi, ekspansi bisnis adalah suatu keharusan untuk menampung tenaga kerja yang terus bertambah. Sementara dari sisi kepemilikan saham, 60% sampai 70% saham dari mayoritas perusahaan-perusahaan Jepang dimiliki oleh institusi-institusi yang relatif stabil dan bersahabat, seperti bank, perusahaan asuransi, dan perusahaan terafiliasi (keiretsu). Para pemegang saham seperti ini juga jarang memperjualbelikan sahamnya. Struktur kepemilikan seperti ini mendorong para manager untuk lebih fokus kepada pertumbuhan, bagaimana menciptakan lebih banyak bisnis untuk perusahaan-perusahaan terafiliasinya. Tak heran jika perusahaan Jepang sekarang ini seperti kehilangan daya saing dan pamornya dari perusahaan-perusahaan Korea Selatan dan China. Jadi, profit atau bottom line tetaplah merupakan fondasi dari bisnis. Tanpa profit, perusahaan tidak bisa berkembang dan akhirnya akan ditinggalkan oleh tiga stakeholders utamanya: customer, people, dan investor. Namun, bagaimana dengan era New Wave sekarang ini? Sebelumnya, saya ingin membahas dulu tentang meletusnya gelembung dotcom. Pada akhir 1990-an dan awal tahun 2000, banyak orang mendirikan perusahaan dotcom. Tingkat suku bunga yang relatif rendah pada tahun 1998-1999 mendorong orang untuk berinvestasi di bisnis dotcom. Selain itu, mereka juga tergiur melihat valuasi saham perusahaan-perusahaan dotcom yang sangat tinggi. Padahal, model bisnis mereka belum jelas. Nilai saham yang tinggi itu pun sebenarnya lebih disebabkan oleh spekulasi individual ketimbang indikasi prospek bisnis perusahaan-perusahaan dotcom tersebut. Akhirnya, pecah juga gelembung dotcom ini. Semua orang serentak menjual saham-sahamnya di NASDAQ ketika profit yang diharapkan tidak kunjung tiba. Letusan gelembung dotcom ini akhirnya mengakibatkan hilangnya sekitar 5 triliun dollar AS nilai pasar (market value) dari perusahaan-perusahaan teknologi selama periode Maret 2000 sampai Oktober 2002! Nah, sekarang bisnis Internet sudah lebih matang. Perusahaan-perusahaan yang mampu bertahan adalah yang revenue model-nya jelas, seperti eBay, Amazon.com, Yahoo!, dan Google. Jadi, bukan sekadar asal masuk Internet, tapi bottom line-nya belum jelas. Coba kita simak dua raksasa Internet saat ini: Google dan Yahoo! Revenue yang diperoleh Google 99%-nya berasal dari iklan. Sejumlah aplikasi iklan seperti AdWords, AdSense, Pay-per-Click (PPC) memberikan pemasukan sebesar 10,492 miliar dollar AS kepada Google pada tahun 2006. Sisa pemasukan berasal dari layanan-layanan lain seperti Google Answers dan produk-produk untuk enterprise.Sementara revenue Yahoo! sekitar 88% berasal dari layanan marketing, yang sebagian besar dari search advertising. Ini mirip-mirip dengan Google. Sisanya berasal dari layanan-layanan seperti Yahoo! Domains, Yahoo! Web Hosting, Yahoo! Merchant Solutions, Yahoo! Business Email, dan Yahoo! Store. Yahoo! memang agak terlambat menemukan model bisnisnya sehingga kurang sesukses Google. Walaupun lahir lebih dulu dan sudah jauh lebih populer ketimbang Google (baca: menguasai pangsa pasar) saat itu, Yahoo! masih mengalami kesulitan keuangan. Pada Januari 2008 lalu Yahoo! mengumumkan PHK kepada 1000 orang atau sekitar 7% dari total karyawan. Karena harga sahamnya yang terus melemah beberapa waktu belakangan ini, Yahoo! pun menjadi sasaran akuisisi sejumlah perusahaan seperti Microsoft dan News Corp., walaupun masih tetap belum terjadi deal sampai saat ini. Nah, ini membuktikan bahwa di era New Wave Marketing ini profit masih tetap nomor satu. Percuma saja menjadi raja di pasar jika tidak mampu menghasilkan profit. ---Ringkasan tulisan ini bisa dibaca di Harian Kompas---

Hermawan Kartajaya

sumber:http://www.kompas.com/read/xml/2008/09/12/00095925/battling.for.profit.google.vs.yahoo

Read More......

Jadi Pemimpin di Usia Muda

Muda, energik, punya kedudukan tinggi dan tentunya berpenghasilan besar. Mungkin itu impian banyak orang saat melamar kerja. Bukan tidak mungkin, karena, saat ini semakin banyak saja pimpinan perusahaan ternama masih muda usia.

Tapi tentunya, mereka bisa mencapai level tersebut karena memiliki kualitas tertentu. Nah, bagaimana bisa mencapainya? Beberapa tips berikut bisa Anda terapkan agar impian Anda terwujud.Kerja saat kuliahKalau berambisi jadi pimpinan di usia yang relatif muda, salah satunya dengan merintis karier sejak dini. Tidak ada salahnya selagi masih kuliah, sudah nyambi bekerja di suatu perusahaan. Cari pengalaman kerja sebanyak-banyaknya. Untuk itu, cobalah magang di beberapa perusahaan. Atau bisa juga dengan aktif di organisasi. Jadi, begitu lulus, Anda sudah punya bayangan tentang dunia kerja.Hasil suatu penelitian juga menunjukkan, bahwa fresh graduate tanpa pengalaman kerja atau tanpa pengalaman berorganisasi, agak sulit beradaptasi dengan ritme pekerjaan. Mereka biasanya sangat idealis dan kurang bisa memberikan solusi yang tepat dan realistis. Hanya saja, perlu diperhatikan, tetaplah fokus pada kuliah. Jangan sampai gara-gara asyik bekerja, Anda jadi lupa menyelesaikan studi. Sayang kan, kalau tinggal selangkah lagi gelar gagal sampai di tangan. Jangan lupa, level pendidikan juga turut diperhitungkan saat dipromosikan jadi pimpinan.Keep learningSegala sesuatu akan terus berkembang. Termasuk pekerjaan. Kalau sebagai karyawan kita tidak mau mengembangkan diri, bisa-bisa karier kita jalan di tempat. Untuk bisa maju kita harus bisa mengikuti perkembangan teknologi atau ilmu pengetahuan terbaru. Ilmu manajemen pun selalu berubah. Belum lagi jika perusahaan Anda bergerak di bidang yang inovatif, seperti teknologi informasi, pertelevisian, broadcasting, desain produk dan sebagainya. Anda harus siap untuk terus-menerus belajar dan menerima ilmu-ilmu baru yang berkaitan dengan pekerjaan.Be a fast learnerSelain harus selalu mempelajari hal-hal baru, kita juga dituntut untuk bisa belajar secara cepat. Artinya, saat mengadaptasi pengetahuan baru, kita bisa cepat mengerti dan mengaplikasikannya dalam pekerjaan. Seringkali, yang membuat karyawan sulit berkembang adalah karena kemampuannya menyesuaikan diri dengan perubahan sangat lambat. Juga ia tidak mampu menyerap pengetahuan baru dengan cepat.Nah, sebagai calon pemimpin, Anda sebaiknya mempersiapkan diri dengan selalu meng-upgrade diri sendiri dengan cepat. Jadi, seandainya bos Anda memberi proyek baru, segeralah cari informasi dan pelajari semua hal berkaitan dengan proyek tersebut. Anda akan terlihat profesional dan kreatif.

sumber : http://www.beritanet.com/Business/Career/pemimpin_usia_muda_1.html

Read More......